Rabu, 29 April 2015

Etika Manajerial

Faktor Yang Mempengaruhi 

Tahap-tahap Perkembangan Moral
            Orang yang tidak mempunyai rasa moral yang kuat akan sangat kurang cenderung hal-hal yg keliru jika mereka menghadapi kendala peraturan, kebijakan, atau norma budaya yg kuat yg tidak menyetujui perilaku semacam itu. Sedangkan orang yang bermoral dapat menjadi jahat karena struktur dan budaya organisasi yg mengizinkan atau mendorong praktik-praktik non etis.
      1.            Karakteristik Individu
            Setiap orang memiliki nilai yang berbeda. Nilai ini yaitu keyakinan dasar tentang apa yang benar dan salah. Dua variabel yang mempengaruhi benar dan salah yakni kekuatan ego dan tempat kendali. Kekuatan ego yaitu ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yg tinggi kekuatan egonya cenderung melakukan apa yang menurutnya benar. Tempat kendali yaitu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa orang yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri.
      2.            Variabel-variabel Struktural
            Variabel disini bisa meliputi desain struktural organisasi, sistem penilaian kinerja, dan prosedur pemberian upah .
      3.            Budaya Organisasi
            Budaya organisasi yg cenderung mendorong standar etika yg tinggi adalah budaya yg tinggi dalam mentolerir risiko, tinggi pengendaliannya, dan tinggi toleransi konfliknya. 

Intensitas Masalah
          Enam karakteristik telah diidentifikasi sbg hal yg relevan dalam menentukan intensitas masalah. Keenam faktor tersebut menentukan seberapa penting masalah etika bagi seseorang. Dengan mengikuti pedoman itu, semakin besar jumlah orang yg dirugikan, semakin besar kesepakatan bahwa suatu perbuatan itu jahat, semakin tinggi kemungkinan bahwa tindakan itu akan menimbulkan kerugian, semakin pendek jarak waktu akibat tindakan itu akan dirasakan, semakin dekat orang merasa menjadi korban tindakan itu, semakin besar intensitas masalah tersebut. Ketika masalah etika penting yaitu semakin kuat masalah itu, semakin besar kita berharap manajer akan bertindak etis.



Menuju Perbaikan Perilaku Etis
      1.            Seleksi Karyawan :
            Dalam proses seleksi karyawan kita bisa mengetahui tingkat perkembangan moral, nilai-nilai pribadi, kekuatan ego, dan locus of control karyawan tersebut.
      2.            Kode Etik dan Peraturan Keputusan :
            Kode etik adalah pernyataan resmi tentang nilai pokok sebuah organisasi dan peraturan etika yang diharapkan untuk dipatuhi oleh karyawan.
Kode etik harus cukup spesifik, hukuman dan reward-nya pun harus jelas,  sebagai petunjuk bagi karyawan bagaimana mereka diharapkan untuk berperilaku.
      3.            Kepemimpinan Manajemen Puncak :
Melakukan bisnis beretika membutuhkan komitmen dari top manager. Karena mereka yang  memnguatkan shared value dan budaya perusahaan. Mereka adalah panutan, baik dari kata-katanya maupun perbuatannya.
      4.            Target Tugas dan Penilaian Kinerja
            Target yang tidak realistis bisa membuat karyawan yang tadinya beretika merasa mereka tidak punya pilihan lain kecuali manghalalkan berbagai macam cara untuk memenuhi target tersebut.
Untuk mengatasinya, manajer harus memeriksa cara pencapaian target sebelum memberi reward pada karyawan.
      5.            Pelatihan Etika
Bagaimana Etika bisa diajarkan?
Lokheed Martin menggunakan beberapa atribut berikut:
a.       Kode etika tertulis
b.      Ethics Helpline dimana karyawan bisa meminta petunjuk tentang persoalan etika
c.       dll
      6.            Audit Sosial Independen
            Rasa takut atau malu untuk ketahuan saat berbuat tidak beretika bisa jadi pencegah perilaku tidak beretika
Auditor harus melakukan evaluasi secara rutin maupun secara dadakan terhadap pelanggaran-pelanggaran etika.
      7.            Mekanisme Perlindungan
            Karyawan yang memiliki dilema etika membutuhkan sebuah mekanisme protective agar mereka dapat berperilaku secara benar tanpa takut ditegur.
Mekanisme perlindungan ini bisa dilakukan dengan cara menugaskan staff yang membentuk, mengarahkan, dan merubah etika sesuai kebutuhan.

Tanggung Jawab Sosial dan Etika




Untuk lebih memahami apa itu tanggung jawab sosial, kita bisa membandingkan dengan 2 konsep serupa yaitu : kewajiban sosial dan tanggapan sosial.

      1.            Kewajiban sosial : Kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab ekonomis dan hukum. Organisasi hanya melakukan apa yang diwajibkan dan mencerminkan pandangan klasik tentang tanggung jawab sosial.

      2.            Ketanggapan sosial : kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang berubah-ubah.

      3.            Tanggung jawab sosial : Kewajiban perusahaan bisnis di luar yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.


            Organisasi yang bertanggung jawab secara sosial memandang segala sesuatu sedikit berbeda, dan melangkah jauh diluar apa yang harus dilakukan oleh hukum atau memulih untuk melakukannya karena masuk akal secara ekonomis, untuk melakukan apa yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan masyarakat karena hal itu benar atau etis untuk dilakukan.

Perlukah organisasi terlibat secara sosial?
Mendukung :

      1.            Harapan-harapan masyarakat

            Opini publik sekarang mendukung pengusaha yang mengejar sasaran ekonomis dan sosial
      2.            Laba jangka panjang
             Perusahaan-perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab itu cenderung memiliki laba jangka panjang yang lebih terjamin

      3.            Kewajiban etis

            Dunia bisnis seharusnya bertanggung jawab secara sosial karena tindakan-tindakan yang bertanggung jawab itu merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan
      4.            Citra masyarakat
            Dunia bisnis dapat menciptakan citra masyarakat yang menguntungkan dengan mengejar sasaran-sasaran sosial
      5.            Lingkungan yang lebih baik
            Keterlibatan dunia bisnis dapat menolong memecahkan masalah-masalah yang sulit
      6.            Menghambat peraturan pemerintah lebih lanjut
            Dengan menjadi bertanggung jawab secara sosial, dunia bisnis dapat mengharapkan berkurangnya peraturan pemerintah
      7.            Keseimbangan tanggung jawab dengan kekuasaan
            Dunia bisnis memiliki banyak kekuasaan di dalam  masyarakat. Dibutuhkan jumlah tanggung jawab yang cukup besar untuk mengimbanginya
      8.            Kepentingan-kepentingan pemegang saham
            Tanggung jawab sosial akan memperbaiki harga saham perusahaan dalam jangka panjang
      9.            Kepemilikan sumber daya
            Dunia bisnis memiliki sumber daya dalam rangka mendukung proyek publik dan proyek amal yang memerlukan bantuan

Menentang :
      1.            Keunggulan pencegahan atas penyembuhan
            Dunia bisnis harus memecahkan masalah sosial sebelum masalah itu menjadi serius dan mahal
    untuk membenahinya.
      2.            Menghalangi maksimalisasi laba
            Dunia bisnis menjadi bertanggungjawab secara sosial hanya jika ia mengejar kepentingan ekonominya
      3.            Lunturnya tujuan
            Mengejar sasaran-sasaran sosial itu melunturkan maksud utama perusahaan produktivitas ekonomi
      4.            Biaya
            Banyak tindakan yang secara sosial bertanggungjawab tidak menutup biayanya dan seseorang harus membayar ongkos ini
      5.            Terlampau banyak kekuasaan
            Dunia bisnis mempunyai terlalu banyak kekuasaan dan jika mereka mengejar sasaran-sasaran sosial, dunia bisnis itu bahkan akan memiliki kekuasaan yang lebih besar lagi
      6.            Kurangnya keterampilan
            Para pemimpin bisnis kurang memiliki keahlian yang diperlukan untuk memecahkan masalah sosial
      7.            Kurangnya pertanggungjawaban
Tidak ada garis-garis tanggung jawab sosial langsung untuk berbagai tindakan sosial

Manajemen yang ramah lingkungan
            Yaitu kesadaran akan eratnya kaitan antara keputusan dan kegiatan organisasi dengan dampaknya terhadap lingkungan alam.

Organisasi menjadi ramah lingkungan

      1.            Legal Approach :
Pendekatan hukum (atau hijau cerah) yaitu sekedar melakukan apa yang dituntut oleh hukum.Menurut pendekatan itu, organisasi memperlihatkan sedikit kepekaan lingkungan. Mereka akan mematuhi undang-undang, peraturan, dan pengendalian pemerintah secara sukarela dan tanpa memberikan tantangan hukum, dan bahkan mungkin mereka menggunakan hukum itu demi keuntungan mereka sendiri, tetapi sejauh itu sajalah usaha mereka menjadi hijau.
      2.            Market approach (pendekatan pasar) :
Organisasi menanggapi preferensi (kelebih- sukaan) lingkungan para pelanggannya. Apa pun permintaan pelanggan atas produk yang ramah lingkungan maka organisasi tersebut akan menyediakannya.
      3.            Stakeholder approach :
(pendekatan pemercaya/pemegang kepentingan) Organisasi memilih untuk menanggapi banyak yang dibuat oleh para pemercaya, seperti karyawan, pemasok, investor, atau masyarakat.
      4.            Activist approach (pendekatan aktivis) :
Perusahaan itu mencari cara guna menghormati dan melestarikan bumi serta sumber-sumber alamnya.
                                                          
Cara mengevaluasi aksi manajemen yang ramah lingkungan?
1)      Organisasi melaporkan kegiatan penyelamatan lingkungan yang mereka lakukan.
2)      Organisasi memenuhi standar yng ditetapkan oleh ISO 
3)   Menggunakan  daftar yang tercantum di Global 100 list (www.global.org)