Selasa, 21 Januari 2014

JIT



1.     Pengertian JIT
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan.
Perusahaan-perusahaan meningkatkan perhatian terhadap keuntungan potensial dari:
1.      Membuat pesanan pembelian yang lebih kecil dan lebih sering.
2.      Membangun kembali hubungan dengan pemasok.
Kedua hal di atas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian tepat waktu (Just In Time). Pembelian Just In Time adalah pembelian barang atau bahan sedemikian rupa sehingga pengiriman secara tepat mendahului permintaan atau penggunaan. Dalam keadaan ekstrim tidak adanya persediaan (barang untuk dijual bagi seorang pengecer, bahan baku barang dalam proses atau barang jadi bagi seorang produsen) yang ditahan.
Perusahaan yang menggunakan pembelian Just In Time biasanya menekankan biaya tersembunyi yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan jumlah kerusakan–kerusakan yang cukup besar.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1)      Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2)      Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3)      Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4)      Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti
misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
v  Prinsip Dasar Just In Time
Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:
1)      Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).
2)      Produksi dilakukan dalam jumlah lot
(Lot Size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
3)      Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.
4)      Perbaikan aliran produk secara terus menerus.
(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
5)      Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.
6)      Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
7)      Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

v  Pembelian dengan Konsep JIT
Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
1.      Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2.      Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3.      Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4.      Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah
5.       Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
-          Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
-          Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
-          Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
-          Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual
-          Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.




2.     Tujuan JIT
Tujuan JIT adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurang pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.



3.     Manfaat JIT
antara lain :
1)    Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang.
2)    Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi.
3)    Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya.
4)    Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik.
5)    Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.
6)    Loyout pabrik yang lebih baik.
7)    Pengendalian kualitas dalam prosess.



4.     Keunggulan dan Kelemahan Sistem JIT

ü Keunggulan
   adalah dapat mengurangi biaya tenaga kerja, persediaan, risiko kerusakan, dan peningkatan kualitas produk. Keunggulan tersebut seiring dengan adanya Total Quality Management dalam penerapan sistem JIT sehingga risiko kerusakan dapat ditekan dan kerugian akibat retur barang rusak oleh pelanggan dapat dikurangi karena Total Quality Management juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas dari produk.  Selain itu, biaya tenaga kerja dapat ditekan karena jumlah persediaan diusahakan menjadi seminim mungkin sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengawasi tidak perlu dalam jumlah yang banyak. Biaya penyimpanan juga dapat ditekan hingga seminimal mungkin akibat dari persediaan yang disimpan juga sedikit.

ü Kelemahan
            adalah sulit mencari pemasok, biaya pengiriman tinggi, kesulitan menghadapi perubahan permintaan, tuntutan sumber daya manusia yang multifungsi, dan perlengkapan teknologi yang membutuhkan biaya besar. Dalam JIT pemasok merupakan faktor penting dalam persediaan di mana selain berpengaruh terhadap penyediaan persediaan stok juga berpengaruh dalam harga dari persediaan yang akan dibeli. Permasalahannya adalah sulitnya mencari pemasok terutama usaha seperti warteg. Hal inilah yang menjadi kendala warteg dalam mengendalikan harga persediaan. Harga persediaan secara langsung akan mempengaruhi harga pokok produksi. Semakin tinggi harga beli persediaan akan turut meningkatkan harga pokok penjualan. Jika ingin keuntungan meningkat, maka warteg harus menaikkan harga. Namun, warteg akan lebih memilih harga yang tetap agar dapat bersaing dengan harga di warteg lain. Pelanggan menjadi prioritas utama dalam bisnis usaha warteg. Sebab menggunakan JIT, warteg menjadi kesulitan dalam meramalkan permintaan. Hal ini juga akan menjadi biaya yang terbuang percuma jika warteg tidak dapat menjual seluruh produksi yang telah ditetapkan. Terkait dengan bagaimana untuk mengecilkan biaya-biaya seperti biaya penyimpanan, sistem JIT justru tinggi. Hal ini dikarenakan adanya permintaan barang untuk dikirim dalam waktu yang terkadang tidak dapat ditentukan dan cenderung tiba-tiba sehingga dalam prakteknya biaya pengiriman relatif lebih tinggi. Sistem JIT juga mewajibkan akan adanya teknologi yang tinggi. Sebab, dengan permintaan yang cenderung cepat dan tiba-tiba serta tidak membutuhkan waktu yang relatif lama maka teknologi tinggi serta sumber daya manusia yang multifungsi merupakan hal yang sangat penting untuk dipenuhi. Namun, sayangnya dalam penerapannya kedua hal tersebut sulit untuk dipenuhi karena keterbatasan dalam penerapan teknologi dan sulit mencari sumber daya yang berkompeten dan multifungsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar